Minggu, 27 November 2011

DIFUSI INOVASI

Oleh : Toha Yuafiq (08220132) 
   
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi suatu organisasi dalam rangka menjalankan tugasnya serta  mewujudkan visi dan misinya antara lain dilakukan dengan menerapkan teknologi komunikasi sebagai salah satu media dalam pengelolaan informasi. Penerapan teknologi suatu organisasi disebabkan oleh beberapa hal yang berbeda satu sama lain, antara lain : kebutuhan dan kepentingan organisasi itu sendiri, kebijakan pemerintah atau paksaan dari negara-negara maju.
Dalam penerapan teknologi komunikasi perlu memperhatikan struktur organisasi yang menampung hasil inovasi baru, kemampuan teknis sumber daya manusia dan budaya yang ada dalam organisasi.

Dengan tidak adanya wadah yang menampung hasil inovasi berpengaruh pada proses difusi inovasi yang menimbulkan kecendrungan untuk menolak karena individu merasa tidak jelas dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan hasil inovasi yang telah diadopsi oleh organisasi.  Selain itu penolakan ataupun keterlambatan penerimaan disebabkan adanya budaya dan kemampuan teknis. Budaya yang ada dan telah lama berkembang serta menjadi kepercayaan yang merupakan pegangan bagi setiap anggota organisasi. Dengan kondisi tersebut masuknya budaya yang dibawa oleh teknologi yang diadopsi menimbulkan pro dan kontra di tengah – tengah suatu masyarakat. Pro dan kontra tersebut tercermin dalam berbagai sikap dan tanggapan dari anggota masyarakat yang bersangkutan, ketika proses yang dimaksud berlangsung di tengah – tengah mereka. Sedangkan kemampuan teknis yang dimiliki oleh sumber daya manusia dalam kondisi tidak terlatih untuk menggunakannya.
Menurut Rogers (1995: 375), organisasi dibuat untuk menangani tugas-tugas rutin dalam skala besar melalui suatu aturan tentang hubungan antar manusia. Struktur diperlukan untuk menampung hasil inovasi, selain itu dapat menjadi penghubung antara satu inovasi dan inovasi yang lain sehingga dapat saling terkait yang pada akhir akan terintegrasi secara ke sisteman.

UNSUR DIFUSI INOVASI 
Menurut Everett M. Rogers (1995:10)  difusi (penyebarserapan) inovasi  terdiri dari unsur – unsur :
1.       inovasi (inovation),
2.       saluran komunikasi (communication channels),
3.       waktu (time),
4.       sistem sosial (social system).
              
Inovasi merupakan suatu ide, cara – cara ataupun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru. Baru tidaklah semata – mata dalam ukuran waktu sejak ditemukannya atau pertama kali digunakannya inovasi tersebut. Menurut Rogers,(1995) kebaruan dalam persepsi atau kebaruan subjektif hal yang dimaksud bagi seseorang, yang menentukan reaksinya terhadap inovasi tersebut. Pengertian ”baru”-nya suatu inovasi tidak mesti sebagai pengetahuan baru pula. Sebab jika suatu inovasi telah diketahui oleh seseorang untuk jangka waktu tertentu, namun individu itu belum memutuskan sikap apakah menyukainya atau tidak, belum pula menyatakan menerima atau menolak, maka baginya hal itu tetap suatu inovasi. Jadi, kebaruan inovasi tercermin dari pengetahuan, sikap, ataupun putusan terhadap inovasi yang bersangkutan. Dengan begitu, bisa saja sesuatu yang disebut sebagai inovasi bagi suatu masyarakat, namun tidak lagi dirasakan sebagai hal yang baru oleh orang atau masyarakat lainnya. Suatu inovasi biasanya terdiri dari dua komponen, yakni komponen ide dan komponen objek (aspek material atau produk fisik dari ide). Setiap inovasi memiliki komponen ide, namun banyak juga yang tidak mempunyai rujukan fisik. Penerimaan terhadap suatu inovasi yang memiliki kedua komponen tersebut memerlukan adopsi berupa tindakan (action). Sedang untuk inovasi yang hanya mempunyai komponen ide, penerimaannya pada hakekatnya lebih merupakan suatu putusan simbolik. Sehingga penerimaan terhadap suatu inovasi dalam organisasi tergantung dari proses inovasi yang dilakukan.
Saluran komunikasi (communication channels), digunakan untuk menyebarluaskan inovasi yang telah diadopsi oleh organisasi kepada masyarakat ataupun kepada anggotanya. Saluran komunikasi yang digunakan untuk penyebarluasan inovasi kepada masyarakat luas dilakukan melalui media elektronik, media cetak maupun media baru.    Saluran komunikasi untuk penyebarluasan inovasi dalam organisasi dilakukan melalui komunikasi organisasi  mengacu kepada struktur yang ada dalam organisasi secara hirarkhi sedangkan komunikasi interpersonal, dilakukan antar sesama karyawan maupun dengan  atasan dalam bentuk tatap muka, seperti forum sosialisasi atau diklat/kursus. Waktu,  selain itu dalam penyebarserapan inovasi kepada karyawan diperlukan adanya waktu dan  adanya pemahaman terhadap sistem sosial yang ada dalam organisasi seperti budaya. Setiap budaya mengembangkan harapan-harapan yang tertulis maupun tidak tertulis tentang perilaku (aturan dan norma-norma) yang mempengaruhi para anggota budaya itu. Tetapi orang – orang tidak hanya dipengaruhi oleh budaya tersebut, mereka menciptakan budaya.
Sistem Sosial,  setiap organisasi memiliki satu budaya atau lebih yang memuat perilaku-perilaku yang diharapkan – tertulis atau tidak tertulis. Budaya suatu kelompok dapat digolongkan sebagai ”seperangkat pemahaman atau makna yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang(Pace and Faules, 1993: 91). Makna tersebut pada dasarnya diakui secara diam-diam oleh para anggotanya, jelas relevan bagi kelompok tertentu  dan khusus untuk kelompok tersebut. Dengan demikian budaya yang meliputi interaksi selama beberapa waktu, harapan-harapan perilaku, membentuk dan dibentuk, sifat-sifat khas yang memisahkan sebuah budaya dengan budaya lainnya.
.      
 KARAKTERISTIK  DIFUSI INOVASI
Dalam difusi inovasi, ada lima karateristik yang menandai setiap gagasan atau cara baru, diterima oleh masyarakat (Rogers, Everett  M,1995 :15), yaitu :
1.       Keuntungan – keuntungan relatif (relative advantages),  yaitu apakah cara – cara atau gagasan baru ini memberikan sesuatu keuntungan relatif bagi mereka yang kelak menerimanya.
2.       Keserasian (compatibility); yaitu apakah inovasi yang hendak di difusikan itu serasi dengan nilai – nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan sebelumnya, kebutuhan, selera, adat – istiadat dan sebagainya dari masyarakat yang bersangkutan.
3.       Kerumitan (complexity); yakni apakah inovasi tersebut dirasakan rumit. Pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit, sebab selain sukar untuk dipahami, juga cenderung dirasakan merupakan tambahan beban yang baru.
4.       Dapat dicobakan (trialability); yakni bahwa sesuatu inovasi akan lebih cepat diterima, bila dapat dicobakan dulu dalam ukuran kecil sebelum orang terlanjur menerimanya secara menyeluruh. Ini adalah cerminan prinsip manusia yang selalu ingin menghindari suatu resiko yang besar dari perbuatannya, sebelum ”nasi menjadi bubur”.
5.       Dapat dilihat (observability); jika suatu inovasi dapat disaksikan dengan mata, dapat terlihat langsung hasilnya, maka orang akan lebih mudah untuk mempertimbangkan untuk menerimanya, ketimbang bila inovasi itu berupa sesuatu yang abstrak, yang hanya dapat diwujudkan dalam pikiran, atau hanya dapat dibayangkan. Kelima karakteristik tersebut menentukan bagaimana tingkat penerimaan terhadap sesuatu inovasi yang di difusikan di tengah – tengah suatu masyarakat.


Menurut Arnold Pacey (1983: 6) praktek teknologi dipengaruhi oleh  aspek budaya, aspek organisasi dan aspek teknik. Ketiga aspek tersebut harus selalu ada tanpa satupun bisa ditinggalkan. Kalau ada salah satu aspek yang diabaikan, maka teknologi tersebut dalam perkembangannya hanya akan menjadi teknologi yang gagal diterapkan. Interaksi ketiga aspek tersebut membentuk dua (2) lapisan (Pacey, Arnold, 1983: 49) yaitu lapisan pemakai (user sphere) dan lapisan keahlian (expert sphere). 
Implikasi yang disebabkan oleh ketiga aspek terhadap proses implementasi dari suatu inovasi teknologi komunikasi perlu diperhitungkan, sehingga kemampuan dan pemahaman yang telah ada dapat diamanfaatkan dalam melakukan suatu inovasi. Untuk itu dalam melakukan adopsi suatu inovasi, agar  dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Hal ini mengingat difusi inovasi tidak dapat terjadi secara serempak mengingat sumber daya yang ada dalam ketiga aspek tersebut  mempunyai kemampuan yang berbeda.

PENERIMAAN INOVASI              
Penerimaan suatu inovasi  seseorang atau organisasi dilakukan melalui sejumlah tahapan yang disebut tahap putusan inovasi (Rogers, Everett M, 1995: 20), yaitu
1. Tahap pengetahuan (knowledge). Tahap di mana seseorang sadar, tahu, bahwa ada sesuatu inovasi.
2. Tahap bujukan (persuasion). Tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahui tadi, apakah ia menyukainya atau tidak.
3. Tahap putusan (decision). Tahap dimana seseorang membuat putusan apakah menerima atau menolak inovasi yang dimaksud.
4. Tahap implementasi (implementation). Tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya mengenai sesuatu inovasi.
5. Tahap pemastian (confirmation). Tahap seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang telah diambilnya tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Pacey, Arnold.,(1983), The Culture of Technology. Massachusetts :    The MIT    Press.
Rogers, Everett M (1995), Diffusion of Innovations.—Fourth Edition.    New York : The       Free Press.
http://tonz94.wordpress.com/2008/12/22/difusi-inovasi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar